Oleh
:
Ir.
Priambodo, MS*
Infokop
Nomor 28 Tahun XXII, 2006
Barangkali agak terasa .janggal. mendengar kembali
kata .koperasi Sekolah.. Rasanya dalam dasawarsa terakhir, koperasi sekolah
agak luput dari perhatian,
Tetapi,
dalam situasi tertentu memperluas kesempatan kerja dan mendorong sebesar-besarnya
pertumbuhan wirausaha baru, koperasi sekolah menjadi .aktor
utama.
mengatasi permasalahan tersebut. Ada nilai dan potensi strategis yang
dimiliki
koperasi sekolah, yang patut diposisikan kembali sehingga permasalahan
klasik,
pengangguran, kemiskinan dan lemahnya kewirausahaan, tidak selalu terulang
tahun demi tahun. Dalam kerangka itu, mari kita mengupas secara jernih
nilai
dan potensi strategi koperasi sekolah, sebagai salah satu upaya menutup permodalan
klasik dalam jangka panjang kedepan.
Pertimbangan
Dasar
Pengungkapan relevansi koperasi sekolah sebagai
tawaran menggunting lingkaran setan pengangguran, kemiskinan
dan kewirausahaan, dipicu oleh kondisi
realistis
yang ada. Data time series menunjukkan ada kesamaan struktur pengangguran
dan kemiskinan sejak dahulu sampai sekarang. Hal ini dapat memunculkan praduga
bahwa penyelesaian masalah pengangguran dan pengembangan kewirausahaan tidak
dapat dilakukan secara instant. Tetapi harus dilakukan secara sistimatis jangka
panjang.
Marilah kita simak, data pengangguran (terakhir
Satkernas BPS, 2006) berikut. Walaupun data yang disajikan untuk tahun 2006,
namun pengamatan
dari
masa ke masa komposisi penganggur relatif tidak berbeda nyata. Sebagian
besar
penganggur yaitu sekitar 86% pada tahun 2000
dan 2006 sekarang ini, adalah lulusan sekolah dasar, (SD), sekolah
menengah pertama (SMTP) dan sekolah menengah atas (SMTA). Konsistensi angka dan
komposisi penganggur
selama
5 tahun terakhir, kuat dan meyakinkan bahwa, perlu memodifikasi
pendekatan dan penanganan aspek manusia, sejak dini sebagai cara mengatasi
.inti masalah. dan bukan mengatasi .gejala masalah.. Atau dengan
kata lain sebenarnya titik kritis pengangguran didominasi angkatan
kerja kelompok SD, SMTP dan SMTA. Disinilah ditawarkan alternatif
melalui pengembangan koperasi sekolah.
Table 1.
Data Pengangguran menurut Pendidikan
|
Sumber : BPS
2002 dan 2006
Komposisi terbesar penganggur adalah pendidikan SD,
SMTP dan SMTA serta konsistensi komposisi dari tahun ke tahun, memicu satu
asumsi bahwa ada sesuatu dibalik fakta itu. Kenapa kuantitas dan komposisinya
secara konsisten tidak banyak berubah ?
Jika didekati dari sisi pengembangan sumber daya
manusia, secara ideal, mereka seharusnya melanjutkan pendidikan dalam jenjang
yang lebih tinggi. Para lulusan SD akan melanjutkan ke SMTP. Para lulusan SMTP
akan melanjutkan
ke
SMTA dan seterusnya. Tetapi ada sebagian dari mereka, dengan berbagai alasan memilih
atau masuk ke pasar kerja. Sebagian dari kelompok ini, menjadi
pencari kerja. Karena keterbatasan lapangan kerja, terpaksa harus menganggur.
Disini dapat diperoleh informasi, mengapa terpaksa
harus menganggur ? Ada
banyak
alasan, tetapi dapat diperkirakan, para lulusan lebih berorientasi atau
motivasi
menjadi pekerja daripada menjadi orang yang mandiri,
menciptakan
kerja
bagi dirinya sendiri (wirausaha).
Angka pengangguran di atas adalah fakta apa adanya.
Fakta tersebut memuat
infomasi
strategis, yaitu bahwa harus dilakukan pembaharuan atau
perombakan, untuk secara sistimatis mempersiapkan generasi lulusan SD,
SMTP dan SMTA untuk memiliki alternatif, menjadi pencari kerja dan/atau menjadi
wirausaha.
Upaya
dan cara mengatasi pengangguran,kemiskinan dan kewirausahaan, tidak dapat
dilakukan secara sesaat. Sebab pangkal persoalannya adalah ketidaksiapan untuk
tidak menjadi penganggur, yang sudah melembaga dan terstruktur dari masa ke
masa.
Penyiapan secara dini, mental dan jiwa kewirausahaan sejak di bangku sekolah dasar,
memberikan alternatif untuk tidak hanya nantinya menjadi orang pencari kerja
tetapi orang yang dapat menciptakan kerja (wirausaha). Disinilah letak strategis
koperasi sekolah, yang bukan hanya dilihat dari sisi perkoperasian saja. Tetapi
lebih luas lagi, sebagai wahana pembelajaran.
Potensi
Strategis Koperasi Sekolah
Gambaran relevansi koperasi sekolah terhadap masalah
klasik, pengangguran,
kemiskinan
dan kewirausahaan, adalah jelas. Langkah berikut mengurai secara
teknis
potensi yang dapat dimiliki koperasi sekolah. Pertama, tentunya perlu
mendudukkan kondisi dan posisi koperasi sekolah, dilihat dari sudut pandang
perkoperasian. Kedua, menyajikan potensi-potensi yang dimiliki koperasi
sekolah.
1.
Koperasi Sekolah.
Koperasi
sekolah, dari sisi kelembagaan belum dapat dikatakan sebagai koperasi yang
sebenarnya. Ketentuanketentuan perkoperasian, seperti .anggota koperasi
adalah orang yang mampu melakukan tindakan hukum. tentu belum dapat
dipenuhi oleh para siswa. Mereka pada umumnya masih muda, dengan umur antara
6-18 tahun. Karena itu, koperasi sekolah belum dapat diterbitkan badan hukum
koperasi. Dalam statistic perkoperasian, maka koperasi sekolah dicatat atau
didaftar.
Dalam
posisi seperti itu, tentu harapan yang diletakkan pada suatu koperasi sekolah,
tidak untuk melakukan proses usaha sebagaimana koperasi lain yang telah
berbadan hukum. Tujuan akhir koperasi sekolah, tidak membawa siswa untuk menjadi
pengusaha atau mencari untung. Siswa adalah siswa, dengan misi pokok sebagai pelajar
yang harus menuntut ilmu. Keberadaan koperasi sekolah, sebagai wahana pembelajaran,
sehingga memiliki alternative bagi kepentingan di masa depan.
Secara
teoritis, pengembangan kewirausahaan tidak dapat dilakukan secara”instant”.
Sikap mental kewirausahaan, membutuhkan sentuhan-sentuhan nyata, untuk mengasah
potensi-potensi internal yang ada pada diri masing-masing orang, menjadi peka
dan terlatih. Proses pembelajaran seperti ini mempercepat terbangunnya sikap
mental kewirausahaan. Dampak yang diprediksi akan diperoleh oleh siswa di masa
depan, yaitu mereka tidak “gagap” dalam menghadapi tantangan dan
keterbatasan ruang gerak kesempatan kerja.
2.
Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah.
Analisis
potensi sumber daya manusia (SDM) sekolah, mencerminkan jumlah dan kualitas
sehingga, relevan dan logis mendudukkan koperasi sekolah sebagai titik masuk
mengatasi permasalahan nasional yang ada. Pertama, berpijak pada sisi
jumlah (kuantitas) SDM sekolah, baik siswa (murid), guru dan tenaga non guru.
Seberapa besar potensi SDM sekolah sehingga patut diposisikan sebagai .aktor.
mengatasi pengangguran, kemiskinan dan pengembangan kewirausahaan ?. Mari kita
simak data statistic berikut :
Tabel 2. Jumlah Siswa, Guru dan Tenaga
Non Pengajar
No
|
Lulusan
|
Sekolah
(unit)
|
Siswa
(orang)
|
Kepsek
&
Guru
(orang)
|
Staf
Non
Pengajar
(orang)
|
1
2
3
|
Sekolah Dasar
(SD)
Sekolah
Menengah Pertama
(SMTP)
Sekolah
Menengah
(SMTA)
|
147.793
22.274
14.564
|
25.997.445
7.553.086
5.566.683
|
1.335.086
542.591
435.466
|
102.918
108.967
93.739
|
|
Jumlah
|
184.631
|
39.117.214
|
2.313.143
|
305.624
|
Sumber :
Depdiknas 2004/2005
Apakah
jumlah siswa 39,1 juta adalah besar atau kecil ? tentu relatif. Dengan menggunakan
data pembanding Tabel 1, ada sekitar 9,5 juta penganggur adalah lulusan
SD, SMTP dan SMTA maka secara kualitatif dapat ditebak, betapa signifikan
pembelajaran kewirausahaan sejak di bangku sekolah. Keberhasilan mengasah
potensi kewirausahaan, diperkirakan memiliki andil besar terhadap penurunan
pengangguran dalam jangka menengah atau panjang. Dengan demikian menjadi jelas
dan logis, jika dilihat dari sisi kuantitas (jumlah siswa), pengembangan koperasi
sekolah, sebagai wahana pembelajaran dan mengasah potensi kewirausahaan, adalah
memiliki pijakan yang valid dan logis. Potensi sumber daya manusia sekolah,
akan menjadi lebih besar dengan memasukkan pula jumlah tenaga pengajar dan
pengajar.
Dengan
hitungan sederhana, asumsi setiap sekolah ada satu koperasi sekolah, maka ada
184.631 unit koperasi sekolah sebagai sarana pembelajaran berkoperasi dan
berusaha. Tentu, sisi penting bukan obsesi pada jumlah (184.631 unit),
tetapi lebih penting adalah tersedianya wahana proses pembelajaran untuk memiliki
alternatif menjadi mandiri, dan/ atau sebagai pencari kerja.
3.
Potensi sebagai Wahana Pembelajaran.
Uraian
di bagian depan sudah menyinggung tentang, esensi, nilai strategis
dan potensi koperasi
sekolah dalam memberikan andil untuk mengatasi pengangguran, kemiskinan dan
pengembangan kewirausahaan.
Koperasi,
adalah badan usaha, karena itu tentu melakukan dan memiliki motif usaha.
Keberadaan koperasi di sekolah, yaitu dalam wujud koperasi sekolah, siswa
memperoleh manfaat ganda. Pertama, siswa dapat secara langsung mengenal melihat,
melakukan kehidupan berkoperasi. Sejak dini mengetahui dan mempraktekkan
sendiri kehidupan koperasi. Pengetahuan (teori) tentang koperasi yang
diajarkan, dapat dipraktekkan secara nyata disekolah. (catatan, pada kesempatan
ini belum dapat dipastikan keberadaan mata pelajaran perkoperasian pada
kurikulum SD, SMTP dan SMTA). Lepas ada atau tidak adanya mata ajaran formal,
keberadaan koperasi sekolah tetap memiliki benefit bagi siswa secara individu,
maupun bagi kepentingan pembangunan nasional.
Kedua,
benefit yang tidak kalah penting yaitu bahwa koperasi sekolah adalah wahana
pembelajaran berusaha, yang memiliki dampak besar di masa depan terhadap
pengurangan pengangguran, kemiskinan dan kewirausahaan.
Para
siswa mengenal dan mempraktekkan sendiri aktivitas-aktivitas transaksi atau
berusaha seperti : mencatat, membukukan, melayani pelanggan, menerima barang,
mengelola barang serta berbagai aktifitas transaksi lainnya. Nampak sederhana.
Walaupun secara teoritis sampai sekarang ini, tetap valid ada 2 (dua) pendapat
bahwa kewirausahaan itu bakat, dan aliran lain menyatakan kewirausahaan itu
dapat dilatihkan. Tetapi, menjeburkan. siswa ke dalam lingkungan yang mendorong
mereka untuk : mengenal, melihat, merasakan dan bahkan mempraktekkan sendiri
aktivitas-aktivitas transaksi usaha, memiliki korelasi positif terhadap
pembentukan sikap mental kewirausahaan. Dalam arti, pengembangan koperasi
sekolah menciptakan lingkungan yang mendorong siswa terasah potensi
kewirausahaannya, sehingga tidak tercipta ketergantungan.
Kesimpulan
Pembahasan
tentang koperasi sekolah, memperlihatkan fakta potensi
sumberdaya manusia di
sekolah, relevansi dan peran koperasi sekolah korelasinya dengan upaya
mengatasi pengangguran dan kewirausahaan di masa depan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Menyimak data komposisi pengangguran dari tahun ke tahun, relatif tidak ada
perubahan signifikan. Komposisi terbesar penganggur (86%) tetap didominasi
lulusan SD, SMTP dan SMTA, yang dapat disimpulkan perlunya melakukan sesuai
yang “beda”agar lingkaran setan ini tidak terus berkelanjutan. Dengan kata
lain, mengatasi permasalahan pengangguran, kemiskinan dan kewirausahaan, tidak
dilakukan secara “instant” agar tidak terulang ceritera lama di masa depan.
2.
Menganggur mungkin sekali keterpaksaan, karena keterbatasaan pasar tenaga
kerja. Tetapi, menganggur sangat mungkin individu-orang, tidak memiliki
kesiapan pilihan, sebagai pencari kerja (tergantung orang lain),
dan/atau menciptakan kerja (wirausaha). Karena itu, keterpaksanaan tersebut betul-betul
terpaksa. Pembelajaran berusaha sedini mungkin, memberikan kesempatan untuk
mengasah potensi kewirausahaan yang ada pada diri masing-masing siswa. Namun tetap
dicatat, secara prinsip koperasi sekolah tidak dimaksudkan mengarahkan siswa
menjadi pengusaha. Koperasi sekolah sebagai wahana, mengasah potensi yang
nantinya menyediakan pilihan bagi mereka di masa depan.
3.
Melihat fungsi strategis koperasi sekolah, dapat dirintis pengembangan koperasi
sekolah yang sudah ada sekarang ini, di beberapa lokasi terpilih, sebagai model
pembelajaran koperasi dan kewirausahaan.
Nama / NPM : Frely Revalno Saukoly / 22211967
Kelas / Tahun : 2EB09 / 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar